Jumat, 07 Maret 2014
Terapkan Pendidikan Karakter Membentuk Tim Siaga Kebersihan
SMP Negeri 3 Lubukbasung Kabupaten Agam menerapkan pengenalan pendidikan kharakter, dengan membentuk tim pencegah dan siaga kesebersihan di sekolah untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat sebagai wujud pelaksanaan sekolah Adiwiyata.
“Kita melibatkan peserta didik yang tergabung dalam program PMR, KKR dan UKS sekolah ini,” kata kepala SMP Negeri 3 Lubuk Basung Firzal, Kamis (31/10).
Menurutnya, tidak ada kesulitan sebetulnya dalam memperkenalkan pendidikan karakter bagi peserta didik, yang paling penting dalam memperkenalkan pendidikan karakter adalah ketauladanan.
“Tanpa ketauladanan jangan harap pendidikan karakter dapat tercapai,” imbuhnya
Ternyata setelah melalui berbagai strategi telah dicobakan, namun belum memperlihatkan hasil yang menggembirakan. Secara psikologis peserta didik jika diberikan sebuah kepercayaan untuk melakukan suatu pekerjaan, terutama terlintas dari pemikiran mereke adalah sebuah kebanggaan tersendiri karena memegang sebuah amanat.
“Secara bergantian peserta didik yang tergabung dalam organisasi PMR, KKR dan UKS ini dengan menggunakan tanda khusus berpatroli mengitari sekolah pada saat istirahat,” tuturnya.
Selama bertugas tim siaga kebersihan ini melakukan penyuluhan dan penjelasan kepada warga sekolah untuk membiasakan kehidupan yang bersih dan sehat. Semua kasus yang ditemui tercatat dalam sebuah buku yang berisikan berbagai kejadian, dan mencatat para pelanggar.
“Laporan dari team siaga kebersihan ini ditindak lanjuti dalam bentuk pembinaan dan penindakan bagi yang melampaui batas pelanggaran, misalnya siswa yang merokok,” tegasnya.
Salah satu bentuk sanksi yang diterapkan kepada siswa yang melakukan pelanggaran tersebut berupa membawa tanaman ke sekolah serta menanamnya, sedangkan pada tanaman yang ditanam diberikan nama yang melakukan pelanggaran dan berkewajiban merawat dan memelihara tanaman tersebut.
Selain itu, bentuk pendidikan karakter lainnya yang diterapkan di SMP Negeri 3 Lubuk Basung adalah membiasakan shalat zuhur berjama’ah di sekolah.
“Walaupun tidak memiliki mushalla ternyata mampu menampung siswa sebanyak 936 orang murid, untuk shalat berjama’ah yang dilaksanakan di dalam kelas masing-masing dengan bimbingan guru,” katanya.
Pada kesempatan itu, semua siswa juga dianjurkan membawa sajadah dan mukena ke sekolah serta sandal jepit. agar program ini berjalan lancar pihak sekolah membuat kebijakan menyediakan waktu istirahat dari pukul 11.50 sampai pukul 13.00 WIB bagi siswa tersebut. | Uci
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Patut ditiru
BalasHapus